Jakarta, KATAFAKTA.COM – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah menyelesaikan pembangunan Jembatan Pandansimo di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk memperkuat konektivitas nasional dan mempercepat distribusi logistik di kawasan selatan Jawa.
Jembatan Pandansimo diharapkan menjadi penghubung vital bagi pertumbuhan ekonomi kawasan selatan Jawa serta pemerataan pembangunan antarwilayah.
“Dengan selesainya Jembatan Pandansimo, waktu tempuh antarwilayah akan jauh berkurang, biaya operasional kendaraan lebih efisien dan akses menuju pusat produksi pertanian, perikanan serta destinasi wisata akan semakin terbuka lebar,” ujar Menteri PU Dody Hanggodo seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin, 11 Agustus 2025.
Jembatan Pandansimo yang menghubungkan Ruas Jalan Congot–Ngremang (Kabupaten Kulon Progo) dengan Pandansimo–Samas (Kabupaten Bantul) ditargetkan dapat beroperasi pada September 2025.
Pembangunan jembatan itu merupakan bagian dari program prioritas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) DIY sepanjang sekitar 110 kilometer yang diharapkan mampu mengurangi kesenjangan pembangunan antara wilayah pesisir pantai utara dan selatan Jawa.
Diketahui, Jembatan Pandansimo memiliki panjang total penanganan 2.300 meter dengan lebar rata-rata 24 meter, terdiri dari oprit, slab on pile dan jembatan utama.
Nilai kontrak proyek tersebut mencapai Rp863,7 miliar yang bersumber dari APBN, dengan masa pelaksanaan 579 hari kalender.
Berdasarkan studi kelayakan pada 2017, pengoperasian JJLS di DIY diperkirakan mampu mengurangi biaya operasional kendaraan sebesar 13,11 persen atau setara Rp1,4 triliun per tahun, menghemat waktu tempuh hingga 20 menit serta meningkatkan nilai produksi berbagai komoditas wilayah yang dilalui sekitar sebesar 18,6 persen atau setara Rp7,7 miliar per tahun.
Selain manfaat transportasi, jembatan itu juga akan membuka akses ke lahan pertanian seluas 2.164,10 hektare di Kecamatan Galur dan mendukung produksi pertanian sebesar 9.143,2 kuintal sayur dan buah setiap tahunnya. Produksi perikanan di Kecamatan Srandakan juga diharapkan meningkat sebesar 13,3 ton per tahun.
Keberadaan Jembatan Pandansimo diharapkan dapat menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi, logistik dan pariwisata di wilayah selatan DIY.
Lebih jauh, Jembatan Pandansimo juga dirancang untuk memperkuat ketahanan wilayah terhadap bencana, sejalan dengan visi Kementerian PU untuk membangun infrastruktur tangguh, adaptif dan berkelanjutan.
Sementara dari sisi teknis, jembatan tersebut memanfaatkan teknologi konstruksi modern, seperti Corrugated Steel Plate (CSP) ringan dan kuat, Lead Rubber Bearing (LRB) sebagai peredam gempa, Mechanically Stabilized Earth Wall (MSE Wall) untuk efisiensi lahan serta mortar busa untuk mengurangi beban struktur.
Desain arsitektur jembatan juga mengadopsi elemen budaya lokal, seperti motif batik nitik dan bentuk gunungan pada gapura serta lampu jalan sekaligus memperkuat identitas kawasan.
Adapun saat ini Jembatan Pandansimo masih dalam proses Audit Keselamatan Jalan untuk memastikan seluruh elemen jembatan dan jalan penghubungnya memenuhi standar keamanan, kenyamanan dan kelancaran lalu lintas. Dengan demikian, dapat digunakan masyarakat dengan aman sebelum dibuka secara resmi.
“Jembatan Pandansimo bukan hanya sekadar infrastruktur penghubung, melainkan juga simbol pemerataan pembangunan, terutama bagi masyarakat selatan DIY,” pungkasnya. (IDR)