JAKARTA, KATAFAKTA.COM – Proyek pembangunan Institut Neurosains Nasional (INN) di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono di Jakarta hingga Desember 2024 sudah mencapai progres 85 persen.
Proyek ini merupakan salah satu proyek penting yang sedang dibangun oleh kerjasama operasional (KSO) PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk yang melibatkan teknologi konstruksi canggih dan standar keselamatan tinggi.
Ditemui di lokasi, Manager Project (MP) Budianto Setiawan menjelaskan per- Desember 2024 ini, progres pembangunan sudah mencapai 83,13%. Bisa dibilang sudah melebihi target yakni 80%.
“Alhamdulillah, kita masih on progres melebihi 3,13%. Saya kira di akhir Maret kita bisa selesai lebih dulu dari yang direncanakan,” ujar pria yang akrab Wawan kepada wartawan, Kamis (2/1/2025).
Dikatakan, pada pekerjaan outdoor dimana saat sekarang sedang musim penghujan, metode yang diadopsi yakni mengerjakan semi-unitized system.
“Kita curi start lebih dahulu sebelum intensitas hujan tinggi. Jadi kita tinggal mengerjakan yang dibawahnya saja,” katanya.
Dirinya juga mengatakan bahwa pembangunan rumah sakit yang sedang dilaksanakan ini juga tidak terlepas dari fasilitas pendukung peralatan dari rumah sakit. Ini juga tidak lepas dari peran vendor lain, sebagai pengadaan alat kesehatan.
“Yang pertama kita harus tahu dulu spesifikasi alat yang akan dipasang oleh rumah sakit, termasuk posisi peletakan dan sebagainya kita rencanakan, kemudian akses mobilisasi alat kesehatan tersebut. Saat ini juga alat kesehatan sudah mulai on side. Sejauh ini sudah mulai sinkron dan tidak ada kesulitan,” terangnya.
Dikesempatan tersebut dirinya juga menjelaskan terkait program Health Safety Environment (HSE), saat ini pekerja yang tergabung dalam Wika-PP di bawah komandonya total keseluruhan berjumlah 1.200 orang, semua sudah terlindungi oleh BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
“Kami juga secara berkala melakukan Safety Morning dari hari Senin hingga Sabtu. Kemudian setelah Safety Morning kita melakukan Toolbox Meeting yang dibagi grup kecil masing-masing bidang dengan pembahasan target, perijinan dan yang akan mempunyai dampak pekerjaan di hari tersebut termasuk approval bila ada pekerjaan khusus, seperti area-area yang terbatas agar semua pekerja merasa aman dan nyaman,” jelasnya lagi.
Diakui, budaya konstruksi di Indonesia belum lengkap, namun begitu dirinya menekankan kepada para pekerja begitu masuk ke area proyek harus wajib mengenakan (Alat Pelindung Diri (APD) standar dan untuk pekerjaan khusus dengan Alat Pelindung Kerja (APK).
“Setiap giat safety morning saya selalu mengingatkan hal tersebut. Apalagi semua kawasan di sini ada zona Merah dan Hijau, tapi semua itu kita anggap Merah, sehingga helm (tali dagu), sepatu boot dan rompi (yang reflektif) harus dikenakan,” tandasnya.
Selain Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pihaknya juga menerapkan Budaya Kerja 5R terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.
“Budaya ini juga dapat membangun kesadaran pekerja, seperti satu contoh bila mereka membawa/ membeli makan dari luar atau kantin dan dibawa kedalam proyek (lapangan), dimana awalnya sampah plastik bekas pembungkus makan dibiarkan/berserakan begitu saja, namun kami menghimbau agar plastik bekas makan maupun gelas plastik ikat dijadikan satu. Dalam setiap safety morning saya juga mengajak untuk sama-sama naik level. Walaupun realitanya tidak mudah. Sekali lagi saya berharap ini bisa dilakukan dan akan jadi kebiasaan baik,” imbuhnya.
Harapannya, dengan jumlah pekerja sebanyak 1.200 orang, paling tidak 1/2 dari itu dapat membentuk tingkat kesadaran dalam lingkungan kerja, hingga terbentuk budaya 5 R. (IDR)