BANDUNG KATAFAKTA.COM — Siapa yang tak kenal Masjid Al Jabbar atau Masjid Apung, kebanggaan Jawa Barat yang berlokasi di Kelurahan Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Sejak Masjid Al Jabbar resmi dibuka, Gedebage menjadi lintas super padat dan mampu menciptakan kemacetan luar biasa saat dibuka beberapa bulan lalu, Jum’at (23/06).
Akibat ramainya pengunjung atau wisatawan luar dan domestik ke Masjid Al Jabbar, sempat menciptakan masalah baru terkait sampah dan maraknya PKL serta mendadak tumbuh subur penarikan perparkiran. Hal ini, berdampak positif dan negatif bagi keberadaan Masjid Al Jabbar. Pemprov Jabar mulai menata untuk lebih baik, termasuk akses lintas kendaraan besar, sampah yang ditinggalkan pengunjung, serta PKL.
Depan Masjid Al Jabbar dibangun pasar yang disebut Bazaar, karena dianggap sebagai solusi untuk para pedagang PKL berjualan. Menurutnya, sebagai tempat yang dirasa nyaman untuk para pedagang. Namun, harus mengorbankan pohon yang sudah hidup lama untuk menciptakan kesejukan dan keasrian sepanjang jalan raya Cimincrang. Isu pembangunan tersebut ternyata mengeluarkan dana yang sangat besar, mencapai milyaran rupiah. Hal ini, tampaknya tidak mempertimbangkan dampak lainnya, dan terkesan mengabaikan Program Citarum Harum yang berjalan masuk lima tahun.
Mengingat Program Citarum Harum yang diketuai oleh Gubernur Jabar selaku Dansatgas Citarum yang gemar menanam pohon untuk penghijauan, malah kebalikannya yang ada di Kelurahan Cimincrang Gedebage, yaitu pemangkasan pohon pinggir jalan dan seakan tutup mata. Sementara Gubernur Jabar sering sekali berkunjung ke Masjid Raya Al Jabbar.
Saat disambangi langsung di Kantor Kelurahan Cimincrang Gedebage, Lurah Rakha Dhifan L Febriansyah S.STP, M.Tr,A.P tampak tergesa-gesa keluar dari ruangannya, dan berkata, “Waduh, sebentar saya keluar dulu, ada panggilan dari Camat untuk menghadap.” Akhirnya Rakha menjelaskan, “Perintah Pa Camat menghadap Pa Maman.”
Rakha sebagai Lurah Cimincrang tampak kikuk, karena tak mungkin menghadap Camat selaku pimpinan kewilayahan terkesan ngobrol. Setelah ditanya, Rakha mengatakan, “Ya benar, ada pembangunan Bazaar, namun terkait pohon yang ada hanya dipangkas saja, tidak ditebang. Dan pembangunan tersebut awalnya diperkirakan hanya 1 Milyar saja, ternyata membengkak sampai 4 milyar, dari awal nguruk sampai dengan saat ini jadi.”
“Jadi kenapa pembangunan Pasar Bazaar bengkak bajetingnya?” tanya Rakha. “Karena sesuatu keinginan diluar dugaan agar pintu muka masuk utama dibuat gapura yang mirip dengan Masjid Al Jabbar. Disisi itulah dana pembangunan membengkak, dan masalah pemangkasan pohon karena dinilai agak mengganggu gerbang utama atau akses masuk.”
“Saya akui,” lanjutnya, “pembangunan tersebut pernah saya hentikan beberapa hari karena tidak memiliki IMB dan Amdal. Jadi saya pernah hentikan.” (Red)