Dikonfirmasi Terkait Citarum Harum, Dansektor 8 Citarum Harum Bertingkah Arogan

  • Bagikan

KAB. BANDUNG, KATAFAKTA.COM – Program Citarum Harum yang sudah berjalan 6 tahun dan mendekati masa transisi. Banyak pertanyaan diluar, apakah program Citarum Harum yang tadinya berjalan cukup punya semangat dalam merubah paradigma dunia tentang sungai Citarum terkotor sedunia menjadi baik kembali.

Fakta-fakta di lapangan di tahun 2024 banyak anak sungai kota/kab Bandung menjadi dangkal membentuk pulau dan banyak sampah. Bahkan, banyak juga sampah berserakan di muka jalan utama. Banyak pertanyaan terkait semangat dalam melanjutkan tahapan akhir program Citarum Harum ini akankah bisa berhasil?.

Pencemaran sungai saat ini bisa dikatakan terang-terangan oleh oknum industri, seperti halnya wilayah kawasan industri Cimahi, Margaasih Kabupaten Bandung dan masih ada lagi yang lainnya. Fenomena ini terlihat jelas, dan sungai Citarum masih belum dikatakan aman dari pencemaran.

“Kalau masalah sungai hitam itu sudah biasa saat-saat ini, bahkan satgas Citarum juga tidak tampak gregetnya dalam menangani persoalan yang saat ini terjadi, tidak seperti dulu satgas cukup vokal dan kelihatan jelas buktinya,” ungkap salah seorang warga, Senin (1/10/2024).

Beda halnya dengan Kol Kav Edward Prancis selaku Komandan Sektor 8 Satgas Citarum Harum, memiliki tempramental tinggi dan diduga arogan juga kaku dan pelit berikan informasi. Dalam berbicara melontarkan kata-kata kasar yang kurang pantas, seperti monyet, monyong kamu apa mau kau.

Saat dikonfirmasi pada Selasa (1/10/2024) bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila. Edwar Prancis emosi ketika berhadapan dengan wartawan yang datang untuk meminta informasi seputar perkembangan wilayahnya terkait pabrik plastik yang kedapatan langsung membuang limbah cairnya.

Kol Kav Edwar Prancis menanggapi dengan ketus dan arogan saat ucap salam dimuka umum.

“Apa kau nanya-nanya kabar, kau ini hobinya beritakan saja, kau juga monyong kau bodat, apa mau kau,” ketusnya.

“Kau nelpon saya, lalu masukan berita, saya tidak mau konfirmasi, hey kau videokan saja, coba kau tunjukan dulu kartu PWI mu, oh ya sudah saya juga bisa kok bikin KTA, kamu juga ngapain nanya-nanya kabar, orang saya sehat kok, ga usah basa basi,” ucapnya dengan nada tinggi.

“Ya sudah begini, mau mu apa, dan tujuanmu apa, ga usah ngomong etika kau tinggal ngomong aja saya dengar baik – baik, ga usah pake bahasa Inggris, saya ga ngerti,” ucap Edwar dengan nada yang kurang sejuk.

Perkataan yang dilontarkan orang nomor satu selaku komandan Satgas wilayah sektor 8 disaksikan banyak orang, bahkan anggota sektor 8 menyaksikan tingkah sosok Pamen Edwar Prancis, bahkan pihak DLH Soreang pun sampai melihat dan mendengarkan langsung. Rojul dan timnya dari pihak DLH Soreang sampai hengkang tidak jadi melakukan sidak pabrik yang sudah di rencanakan.

Kol Kav Edwar Prancis juga melontarkan kata, kamu tidak perlu hormat-hormat, kalian bukan anak buah saya, dasar monyong, kalian mau apa, silahkan kalian beritakan apapun tentang saya, saya tidak takut, sayapun akan bertindak juga, dengan nada mengancam?.

Dia juga kembali mengatakan, mana KTA PWI kalian, coba sini saya mau lihat, wartawan media ini pun menunjukkan KTA nya, Edward langsung marah, saya bukan minta KTA begini, kalau KTA seperti ini, bisa saya cetak. Wartawan inipun mencoba protes, bahwasanya kami tidak bernaung dibawah PWI, kami hanya mengacu dan berpatokan pada UU Pers Nomor 40 tahun 1999, bukan ke PWI, sepertinya Edward Prancis tidak paham fungsi dan tugas Jurnalis sebagai pilar ke 4 Demokrasi.

Sementara, Rojul yang awal tujuan dan keperluan tugas sidak pabrik plastik mengatakan, nanti masih koordinasi dengan Dansektor terkait sidak pabrik plastik di posko utama.

Namun sayang tak kunjung juga melakukan tugasnya, yang awal tujuannya mau sidak malah balik kanan begitu saja tanpa kata-kata meski ditunggu lama.

Singkatnya, bahwa pabrik plastik wilayah sektor 8 Desa Mekar Rahayu Margaasih No 8 sempat kedapatan buang limbah plastik langsung ke sungai tanpa di olah terlebih dahulu, namun saat di konfirmasi lewat pesan singkat WhatsApp Dansektor 8 tidak respon cenderung diam membisu.

DLH  harusnya profesional melakukan tugasnya dalam mengawal Perpres No 15 Tahun 2018 tentang program Citarum Harum. Faktanya kebersamaan dalam Pentahelix hilang untuk sama-sama mengawasi program Citarum, bahkan diduga dalam bertugas lebih bekerja diam-diam dan diskriminasi memilih untuk upaya sidak. (Red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *